Monday, February 25, 2013

Little Netherland….. seiring salju yang turun di hati kami..


            Awal Januari 2013..saat musim dingin tiba di seantero Eropa, beberapa mahasiswa dan mahasiswi negeri Bhinneka Tunggal Ika sedang menanti masa ujiannya. Seperti halnya kami, menjelang UAS semester genap tahun ini bukannya mendiskusikan tentang ujian justru asyik merencanakan liburan. Dari jauh-jauh hari, akhirnya kami menentukan pilihan tempat yang akan kami kunjungi.
            Kali ini kami ingin mengunjungi “Oudestad” di Little Netherland. Kami pun mempersiapkan segala sesuatunya. Hingga menjelang harinya tiba, kami sempat bingung karena rupanya tiket penerbangan telah habis terjual. Rupanya bulan-bulan ini sedang nge-trend berlibur ke “Eropa”, salah satunya ya “Little Netherland” ini. Sampai akhirnya kami pun mencoba mencari maskapai lain untuk pemberangkatan ke Oudestad.
            H-1 berbagai keperluan telah kami persiapkan. Keesokan harinya kami memulai perjalanan, tidak tanggung-tanggung kami pun harus berjalan kaki menuju bandara. Selama perjalanan pun kami juga harus bersabar karena harus transit di suatu bandara. Sepanjang perjalanan kami berdoa semoga salju tidaklah turun terlalu banyak, mengingat barang bawaan yang kami bawa seperlunya saja. Ini bukanlah liburan panjang, kami sedang memulai debut kami ber-backpaker-an.
            Setelah perjalanan yang cukup panjang pun kami sampai di tempat tujuan. Dan saat itulah salju perlahan turun, turun makin deras. Karena beberapa hal, salju pun ikut menyusup ke hati yang terdalam, bersyukur kami masih diberi kekuatan untuk tetap melanjutkan perjalan. “Oudestadt” yang menjadi tujuan utama kami, ternyata masih lumayan jauh. Di tengah dinginnya salju kami pun berjalan entah beberapa kilo jaraknya. Perjalanan itu pun terbayar sudah ketika kami benar-benar sampai di Oudestad. Kami pun segera menikmati berbagai pemandangan khas Oudestad, yang perlahan demi perlahan mampu menghangatkan dan mencairkan salju yang turun…di hati kami.
(bangunan dan salah satu foto di Peek House, kawasan Oudestad- Little Netherland)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Begitulah kiranya sekilas cerita perjalan liburanku kali ini bersama teman-teman. SSSTTTTTTT, jangan kuatir ni aku kasih bocorannya. Bermodal nekat dengan biaya seadanya kami mencoba menelusuri “Eropa”. Tapi jangan kecewa dulu ya, Eropa - “Little Netherland”- yang kami maksud adalah sebuah kota tua di Semarang. Kota ini merupakan salah satu kota tua peninggalan zaman Belanda yang masih ada  hingga saat ini. Hm.. jangan berhenti baca dulu ya, mentang-mentang udah tahu kalau Little Netherland itu “cuma” di Semarang.
Sudah saatnya kita juga mengagumi wisata yang ada di negeri kita ini lho !!

 Jadi, begini ceritanya.. Salah satu teman merekomendasikan sebuah temapat jalan-jalan yang notabene bagus “view”nya. Mendengar kata Little Netherland, rasanya jiwa ini langsung tertarik. Why? Ya secara minat aku berharap suatu saat aku akan pergi ke Belanda. Aamiin, jadi ga ada salahnya kalau mencoba menikmati suasana Belanda di negeri Indonesia sendiri, istilahnya pemanasan.
Mumpung di Semarang ni, kami ga akan melewatakn kesempatan untuk mengunjungi tempat wisata lainnya. Akhirnya kami putuskan untuk mengunjungi Lawang Sewu dan kota tua alias “Oudestad” tadi. Tak tanggung-tanggung kami benar-benar meminimalkan biaya sebisa mungkin. Berhubung kehabisan tiket kereta api, sudah tentu kami beralih dengan maskapai jalur darat lainnya-bus.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Lawang Sewu. Mungkin beberapa di antara teman-teman pembaca sudah banyak yang mengunjungi tempat ini. Lawang sewu, dulunya adalah stasiun kereta api pada masa kolonial Belanda. Jujur, lupa kapan dibangunnya, yang jelas mas guidenya yang hafal, hehe. Usut punya usut nih, yang katanya Lawang Sewu tu angker, dulunya pada masa penjajahan Jepang Lawang Sewu ini disalah gunakan menjadi penjara dan tempat pembantaian orang, hii…

Keluar dari sejarah kelam itu, kalau menurutku pribadi Lawang Sewu menjadi salah satu bangunan dengan desain yang luar biasa kreatifnya. Tempatnya sangat sejuk karena memanfaatkan AC alam (angin). Uniknya lagi, bangunan bawah tanah dari gedung ini yang dulunya digunakan sebagai drainase, airnya sampai sekarang masih ada. Tapi kami tidak mengunjungi tempat itu, selain takut basah, ngeri man, banyak tikus dan mungkin banyak hal yang tidak dapat diprediksi di sana. Sayangnya, waktu itu kami tidak dapat mengunjungi gedung secara keseluruhan karena sedang direnovasi. Tapi tetap, banyak kenangan dari sana.
(suasana Lawang Sewu dan Kota Tua)

Bisa dibilang perjalanan kami juga tidaklah mudah. Tiga cewek tanpa bodyguard atau apapun melakukan perjalanan di kota yang asing bagi kami. Dengan berbagai hal, petualangan, dan panas terik (koreksi: bukan salju), kami pun sampai di kota tua yang memang jadi tujuan awal kami. Apalagi kalau bukan foto-foto. 

Alih-alih langsung menemukan kota tua, karena kekurangtahuan kami, kami pun naik angkot yang rencananya mau ke klenteng Tai Kak Sie. Setelah jauh berjalan, yang kami dapati waktu itu adalah suasana klenteng yang sepi (klenteng yang ramai pengunjung adalah Sam Po Ko, tapi berhubung jauh ya yang dekat saja yang dikunjungi). Klenteng Tai Kak Si ini terkenal dengan bangunan kapal Ceng Ho di depannya.
(@klenteng Tai Kak Sie)

Setelah nggak jelas mau ngapain di tempat itu, lagi-lagi kami mengikuti si peta ( ala-ala dora ) akhirnya kami sampai di kota tua. Benar saja di sana kami langsung menjumpai bangunan-bangunan tua khas Eropa kuno. Yang paling terkenal di daerah itu adalah Gereja Blenduk. Arsitektur-arsitektur kota tua menjadi background indah dalam perjalanan yang cukup panjang ini. Oh ya, tak lupa kami juga mengunjungi stasiun Tawang, dekat kota tua. Stasiun ini juga menjadi salah satu ikon Kota Tua Semarang.

Hari semakin gelap, dan udara menjadi benar-benar dingin (tapi bukan salju ._.V). Karena kereta kami berangkat jam 01.00 malam, kami pun menunggu di stasiun Poncol. Tak lupa kami makan-makan dulu. Bagian yang paling mengesankan ya ini ni. Menunggu kereta datang, di bela-belain nggak tidur dan ternyata kereta baru datang sekitar 02.30. Di antara kami bertiga yang belum tidur sama sekali ya siapa lagi ,kalau bukan aku, hehehehe…. #nasib.

Akhirnya di kereta pun semua terkapar karena ngantuk berat, capek jalan, dan lapar. Kami sudah berencana untuk tak langsung pulang ke Jogja, tapi main-main dulu ke Solo. Sampai di Solo yang pertama kali kami cari adalah kamar mandi umum, rasanya badan nggak enak semua, pengen mandi. Apesnya kamar mandi dekat masjid belum buka. Syukurlah ada seorang ibu yang baik hati mengantarkan kami ke kamar mandi umum dekat pemukiman penduduk.
Sebelum melanjutkan perjalan kami sarapan nasi liwet, lalu melanjutkan perjalanan ke keraton solo. Tapi detailnya nggak akan ditulis di sini, langsung saja bisa dilihat dari foto-foto ini.
(@Solo, Keraton Solo)

#####yang jelas, perjalanan ini nggak akan terlupakan. Meski menurut orang lain biasa-biasa saja, tapi, kami punya kenangan tersendiri….
meskipun masih “Little Netherland”, aku, kami punya keyakinan bahwa kelak kami akan sampai di “The Real Netherland”
Untuk teman-temanku dalam perjalanan ini, makasih ya untuk semuanya , untuk setiap tawa, suka, duka, kenangannya….
Semoga di lain kesempatan kita bisa membuat perjalan yang lebih mengesankan dari ini. Aamiin. Semoga perjalan ini membuat kita semakin akrab.
Dank je Hanna !, Dank je Azizah ! J #####

Rincian jadwal dan biaya
17 Januari 2013
6.15                 : trans jogja ke terminal jombor (Rp.3000,-)
6.30-                : bus ke Semarang (Rp.20.000,-)
                          transit Banyumanik, bus ke lawang Sewu (Rp.5000,-)
11.45               : tiket lawang sewu (@Rp.20.000,-) +                                                                                       Guide(Rp.30.000)à@orang=Rp.30.000,-
13.00-18.00     : jalan-jalan di klenteng Tai Kak Sie dan Kota Tua
19.00-              : makan malam (Rp.7500,-)
20.00-02.30     : menunggu kereta malam
18 Januari 2013
02.30-05.30     : perjalanan ke Solo
07.00-              : ke keraton Soloà tiket (@Rp.10.000,-), bus(Rp.3000,-)
11.30-              : pulang ke Jogjaà tiket bus+kereta (Rp.13.000,-)
14.00               : tiba di Jogja
Total @orang +biaya lain-lain Rp.150.000,-

Tips:
1. bawa bekal (nasi/snack)
2. sedia peta, biar ga nyasar
3. bawa antimo/ obat anti mabuk perjalanan, minyak kayu putih(obat pribadi)
4. tidak membawa barang berharga
5. manajemen waktu yang baik, termasuk memilih transportasi yang tepat
6. banyak bertanya pada orang (malu bertanya, sesat di jalan)
7. bawa jaket
8. bawa payung(jaga-jaga kalau tiba-tiba hujan
9. hati-hati dalam segala hal dan saling care pada teman perjalanan
10. jangan lupa berdoaàthe most important !!!!!