Awal
Januari 2013..saat musim dingin tiba di seantero Eropa, beberapa mahasiswa dan
mahasiswi negeri Bhinneka Tunggal Ika sedang menanti masa ujiannya. Seperti
halnya kami, menjelang UAS semester genap tahun ini bukannya mendiskusikan
tentang ujian justru asyik merencanakan liburan. Dari jauh-jauh hari, akhirnya
kami menentukan pilihan tempat yang akan kami kunjungi.
Kali ini kami ingin mengunjungi “Oudestad” di Little
Netherland. Kami pun mempersiapkan segala sesuatunya. Hingga menjelang harinya
tiba, kami sempat bingung karena rupanya tiket penerbangan telah habis terjual.
Rupanya bulan-bulan ini sedang nge-trend berlibur ke “Eropa”, salah satunya ya “Little
Netherland” ini. Sampai akhirnya kami pun mencoba mencari maskapai lain untuk
pemberangkatan ke Oudestad.
H-1 berbagai keperluan telah kami persiapkan. Keesokan
harinya kami memulai perjalanan, tidak tanggung-tanggung kami pun harus
berjalan kaki menuju bandara. Selama perjalanan pun kami juga harus bersabar
karena harus transit di suatu bandara. Sepanjang perjalanan kami berdoa semoga
salju tidaklah turun terlalu banyak, mengingat barang bawaan yang kami bawa
seperlunya saja. Ini bukanlah liburan panjang, kami sedang memulai debut kami
ber-backpaker-an.
Setelah perjalanan yang cukup panjang pun kami sampai di
tempat tujuan. Dan saat itulah salju perlahan turun, turun makin deras. Karena
beberapa hal, salju pun ikut menyusup ke hati yang terdalam, bersyukur kami
masih diberi kekuatan untuk tetap melanjutkan perjalan. “Oudestadt” yang
menjadi tujuan utama kami, ternyata masih lumayan jauh. Di tengah dinginnya
salju kami pun berjalan entah beberapa kilo jaraknya. Perjalanan itu pun
terbayar sudah ketika kami benar-benar sampai di Oudestad. Kami pun segera
menikmati berbagai pemandangan khas Oudestad, yang perlahan demi perlahan mampu
menghangatkan dan mencairkan salju yang turun…di hati kami.
(bangunan dan salah satu foto
di Peek House, kawasan Oudestad- Little Netherland)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Begitulah kiranya
sekilas cerita perjalan liburanku kali ini bersama teman-teman. SSSTTTTTTT,
jangan kuatir ni aku kasih bocorannya. Bermodal nekat dengan biaya seadanya
kami mencoba menelusuri “Eropa”. Tapi jangan kecewa dulu ya, Eropa - “Little Netherland”-
yang kami maksud adalah sebuah kota tua di Semarang. Kota ini merupakan salah
satu kota tua peninggalan zaman Belanda yang masih ada hingga saat ini. Hm.. jangan berhenti baca
dulu ya, mentang-mentang udah tahu kalau Little Netherland itu “cuma” di
Semarang.
Sudah saatnya kita
juga mengagumi wisata yang ada di negeri kita ini lho !!
Jadi,
begini ceritanya.. Salah satu teman merekomendasikan sebuah temapat jalan-jalan
yang notabene bagus “view”nya. Mendengar kata Little Netherland, rasanya jiwa
ini langsung tertarik. Why? Ya secara minat aku berharap suatu saat aku akan
pergi ke Belanda. Aamiin, jadi ga ada salahnya kalau mencoba menikmati suasana Belanda
di negeri Indonesia sendiri, istilahnya pemanasan.
Mumpung
di Semarang ni, kami ga akan melewatakn kesempatan untuk mengunjungi tempat
wisata lainnya. Akhirnya kami putuskan untuk mengunjungi Lawang Sewu dan kota
tua alias “Oudestad” tadi. Tak tanggung-tanggung kami benar-benar meminimalkan
biaya sebisa mungkin. Berhubung kehabisan tiket kereta api, sudah tentu kami
beralih dengan maskapai jalur darat lainnya-bus.
Tempat
pertama yang kami kunjungi adalah Lawang Sewu. Mungkin beberapa di antara
teman-teman pembaca sudah banyak yang mengunjungi tempat ini. Lawang sewu,
dulunya adalah stasiun kereta api pada masa kolonial Belanda. Jujur, lupa kapan
dibangunnya, yang jelas mas guidenya
yang hafal, hehe. Usut punya usut nih, yang katanya Lawang Sewu tu angker,
dulunya pada masa penjajahan Jepang Lawang Sewu ini disalah gunakan menjadi
penjara dan tempat pembantaian orang, hii…
Keluar
dari sejarah kelam itu, kalau menurutku pribadi Lawang Sewu menjadi salah satu
bangunan dengan desain yang luar biasa kreatifnya. Tempatnya sangat sejuk
karena memanfaatkan AC alam (angin). Uniknya lagi, bangunan bawah tanah dari
gedung ini yang dulunya digunakan sebagai drainase, airnya sampai sekarang
masih ada. Tapi kami tidak mengunjungi tempat itu, selain takut basah, ngeri
man, banyak tikus dan mungkin banyak hal yang tidak dapat diprediksi di sana.
Sayangnya, waktu itu kami tidak dapat mengunjungi gedung secara keseluruhan
karena sedang direnovasi. Tapi tetap, banyak kenangan dari sana.
(suasana
Lawang Sewu dan Kota Tua)
Bisa
dibilang perjalanan kami juga tidaklah mudah. Tiga cewek tanpa bodyguard atau apapun melakukan
perjalanan di kota yang asing bagi kami. Dengan berbagai hal, petualangan, dan
panas terik (koreksi: bukan salju), kami pun sampai di kota tua yang memang
jadi tujuan awal kami. Apalagi kalau bukan foto-foto.
Alih-alih
langsung menemukan kota tua, karena kekurangtahuan kami, kami pun naik angkot
yang rencananya mau ke klenteng Tai Kak Sie. Setelah jauh berjalan, yang kami
dapati waktu itu adalah suasana klenteng yang sepi (klenteng yang ramai
pengunjung adalah Sam Po Ko, tapi berhubung jauh ya yang dekat saja yang
dikunjungi). Klenteng Tai Kak Si ini terkenal dengan bangunan kapal Ceng Ho di depannya.
(@klenteng
Tai Kak Sie)
Setelah
nggak jelas mau ngapain di tempat itu, lagi-lagi kami mengikuti si peta ( ala-ala dora ) akhirnya kami
sampai di kota tua. Benar saja di sana kami langsung menjumpai
bangunan-bangunan tua khas Eropa kuno. Yang paling terkenal di daerah itu
adalah Gereja Blenduk. Arsitektur-arsitektur kota tua menjadi background indah
dalam perjalanan yang cukup panjang ini. Oh ya, tak lupa kami juga mengunjungi
stasiun Tawang, dekat kota tua. Stasiun ini juga menjadi salah satu ikon Kota Tua
Semarang.
Hari
semakin gelap, dan udara menjadi benar-benar dingin (tapi bukan salju ._.V). Karena
kereta kami berangkat jam 01.00 malam, kami pun menunggu di stasiun Poncol. Tak
lupa kami makan-makan dulu. Bagian yang paling mengesankan ya ini ni. Menunggu
kereta datang, di bela-belain nggak tidur dan ternyata kereta baru datang sekitar
02.30. Di antara kami bertiga yang belum tidur sama sekali ya siapa lagi ,kalau
bukan aku, hehehehe…. #nasib.
Akhirnya
di kereta pun semua terkapar karena ngantuk berat, capek jalan, dan lapar. Kami
sudah berencana untuk tak langsung pulang ke Jogja, tapi main-main dulu ke Solo.
Sampai di Solo yang pertama kali kami cari adalah kamar mandi umum, rasanya
badan nggak enak semua, pengen mandi. Apesnya kamar mandi dekat masjid belum
buka. Syukurlah ada seorang ibu yang baik hati mengantarkan kami ke kamar mandi
umum dekat pemukiman penduduk.
Sebelum
melanjutkan perjalan kami sarapan nasi liwet, lalu melanjutkan perjalanan ke
keraton solo. Tapi detailnya nggak akan ditulis di sini, langsung saja bisa
dilihat dari foto-foto ini.
(@Solo,
Keraton Solo)
#####yang
jelas, perjalanan ini nggak akan terlupakan. Meski menurut orang lain
biasa-biasa saja, tapi, kami punya kenangan tersendiri….
meskipun masih “Little Netherland”, aku, kami punya keyakinan bahwa kelak kami
akan sampai di “The Real Netherland”
Untuk
teman-temanku dalam perjalanan ini, makasih ya untuk semuanya , untuk setiap
tawa, suka, duka, kenangannya….
Semoga di lain kesempatan kita bisa membuat perjalan yang lebih mengesankan
dari ini. Aamiin. Semoga perjalan ini membuat kita semakin akrab.
Dank je Hanna !, Dank je Azizah ! J
#####
Rincian jadwal dan biaya
17 Januari 2013
6.15 :
trans jogja ke terminal jombor (Rp.3000,-)
6.30- :
bus ke Semarang (Rp.20.000,-)
transit Banyumanik, bus ke lawang Sewu
(Rp.5000,-)
11.45 :
tiket lawang sewu (@Rp.20.000,-) + Guide(Rp.30.000)à@orang=Rp.30.000,-
13.00-18.00 : jalan-jalan di klenteng Tai Kak Sie dan
Kota Tua
19.00- : makan malam (Rp.7500,-)
20.00-02.30 : menunggu kereta malam
18 Januari 2013
02.30-05.30 : perjalanan ke Solo
07.00- : ke keraton Soloà tiket (@Rp.10.000,-), bus(Rp.3000,-)
11.30- : pulang ke Jogjaà tiket bus+kereta (Rp.13.000,-)
14.00 : tiba di Jogja
Total
@orang +biaya lain-lain Rp.150.000,-
Tips:
1. bawa bekal
(nasi/snack)
2. sedia peta,
biar ga nyasar
3. bawa antimo/
obat anti mabuk perjalanan, minyak kayu putih(obat pribadi)
4. tidak membawa
barang berharga
5. manajemen waktu
yang baik, termasuk memilih transportasi yang tepat
6. banyak bertanya
pada orang (malu bertanya, sesat di jalan)
7. bawa jaket
8. bawa
payung(jaga-jaga kalau tiba-tiba hujan
9. hati-hati dalam
segala hal dan saling care pada teman
perjalanan
10. jangan lupa
berdoaàthe most important
!!!!!