Rencana awal
postingan ini adalah tentang jalan-jalan ke Gunung Kidul, namun kemudian fokus
beralih pada sebuah kabar yang masuk lewat email. Kabar itu berawal dari….
Mari kita mulai saja
ceritanya. Bulan Desember 2015 kemarin jiwaku kembali terpanggil untuk menjadi
seorang pengabdi. Belajar dari kegagalan di event lain yang serupa, saat itu
aku memberanikan diri mendaftar Indonesia Mengajar angkatan XII. Seperti yang
sudah banyak diketahui, proses seleksi Indonesia Mengajar ini terdiri dari
beberapa tahap. Tahap pertama berupa tahap administrasi, cukup dilalui dengan
mendaftar di website IM dan mengisi biodata dilanjutkan menulis sekitar 10
essay terkait. Pada tahap awal ini tantangan terberat adalah menuangkan
kata-kata pada setiap essay yang telah ditentukan. Essay ini cukup sederhana
sebenarnya, dan inipun akan mengalir begitu saja apabila kita punya background
pengalaman yang terkait organisasi. Kesulitan yang dihadapi adalah meringkas
sedemikian rupa sehingga kisah kitadapat dikemas dalam 250 kata per essay.
Tahap ini pun kulalui dengan sedikit kejutan. Bagaimana tidak, pada saat
deadline hari terakhir aku baru sempat mengirim aplikasi secara lengkap.
Seperti biasa dibantu dengan wifi perpustakaan kampus yang lumayan terjamin.
Sebelum meng-klik “kirim aplikasi” jangan lupa berdoa dulu. Ya apalagi
keinginan untuk bisa menjadi pengajar muda sudah muncul sejak awal masuk
kuliah. Jadi ketika ada kesempatan tak boleh disia-siakan. Akan tetapi sangat
disarankan untuk menyelesaikan aplikasi sebelum deadline yang ditentukan ya.
Oya, data-data pendaftar dapat disimpan dan diedit sebelum dikirim, jadi
aplikasi pendaftar dapat diisi secara mencicil.
Senangnya bukan
main, saat malam tahun baru 31 Desember 2015 aku membuka email dan mendapat
pesan dari IM bahwa aku lolos administrasi. Senangnya bukan main, karena hampir
15000 pendaftar yang dinyatakan lolos sebanya 210 peserta. Alhamdulillah,
langkah kecilku sampai pada tahap 2 yaitu tahap Direct Assesment. Secara
berkala pihak IM memberikan instruksi yang sangat jelas terkait tahap ini
melalui email. Pada angkatan ini ada sedikit perbedaan, jika pada seleksi IM
angkatan sebelumnya seluruh mekanisme tes dilaksanakan sehari penuh. Namun,
kali ini tahap psikotes pspikostis dan studi kasus dilaksanakan di hari berbeda
dengan metode online. Lalu, pada hari-H seleksi tahap 2 serangkaian tes on the
spot yang dilaksanakan terdiri dari FGD, simulasi mengajar, psikotes grafis,
dan wawancara. Tahap ini dilaksanakan tanggal 22 Januari 2016 di fakultas
Psikologi UGM. Pada tahap ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dengan
komposisi 5-6 orang/kelompok. Tiap 1 kelompok mengikuti tahap tes bersamaan.
Saat itu aku dipertemukan kembali dengan kawan lamaku, Danish (Jogja), salah
satu peserta seleksi event serupa di tahun 2015. Pada hari itu aku juga
sekelompok dengan Aning (Blora), Chandra (Jogja), dan Dwi (Jepara). Bersyukur
dalam kelompok kami dapat langsung menyatu dan saling memberi kesempatan satu
sama lain, tanpa mendominasi, sehingga setiap proses kami lalui dengan fun. Tahap
seleksi yang kami lalui waktu itu dimulai dari FGD-simulasi mengajar-psikotes
grafis-wawancara. Di antara semua tahap tersebut, yang terkesan paling “gila”
adalah tahap simulasi mengajar. Kami harus siap dengan segala skenario yang
telah disipakan panitia dan alumni IM. Tahap itu benar-benar WOW dan paling
menguras tenaga, namun kamipun melauinya dengan bersuka cita. Adapun berbagai
macam scenario ini dibuat agar para calaon pengajar muda siap menghadapi
berbagai macam kondisi di lapangan kelak.
Kami diberi
waktu istirahat makan siang dan sholat, kemudian lanjut seleksi lagi. Tahap
akhir yang kami lalui adalah wawancara. Kami menunggu dipanggil satu per satu
untuk menuju ruang yang telah disediakan dan tentunya menghadap interviewer
yang telah ditentukan. Ada 2 sesi wawancara yang harus kami lalui. Wawancara
pertama berlangsung kira-kira selama 1 jam. Saat itu aku diwawancara oleh salah
satu alumni IM bernama mas Rizky. Hal penting yang perlu diketahui saat
wawancara adalah kesesuian form aplikasi dengan jawaban pertanyaan yang
diberikan. Pada tahap ini terkadang kita akan dibawa pada pertanyaan-pertanyaan
yang memutar, detail, dan seperti diulang-ulang. Pada tahap ini juga ada
beberapa pertanyaan yang tidak ada di form aplikasi. Jadi siap-siap untuk punya
ingatan yang kuat, apabila kita diminta menceritakan suatu pengalaman
(khususnya organisasi) secara detail. Wawancara tahap 2 cukup dilalui selama 30
menit. Waktu itu aku diwawancara oleh pak Agung (kalau nggak salah) beliau
adalah salah satu relawan IM. Pada tahap ini terasa lebih santai, karena
pertanyaan yang diberikan sama persis seperti form aplikasi peserta.
Well, setelah
tahapan yang cukup panjang kami lalui-dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore
hari-kami pun sampai di penghujung acara. Kami menyebutnya acara inti. Apalagi
kalau bukan….
Taraaa..foto-foto
(agenda wajib) :D
Tidak lupa
setelah acara inti, kami say good bye dulu dengan panitia dan peserta. Terutama
peserta 1 kelompok yang secara tak langsung telah menjadi teman baru dan
relasi. Sore itu pula, di tengah rintik-rintik hujan, masing-masing dari kami
pulang untuk melepas lelah. Hari itu kami mendapat banyak pelajaran dan
pengalaman berharga.
>>Pada
intinya, cerita ini adalah kisah perjuangan mendaftar Indonesia Mengajar. Yang
harus diakui bahwa kisah ini berujung pada kisah selanjutnya yang terjadi pada
tanggal 11 Februari 2016. Beberapa peserta sudah mendapat email konfirmasi
bahwa mereka lolos, ada beberapa juga yang belum mendapat email. Aku salah
satunya. Hingga disuatu sore, ketika mata masih ngantuk-ngatuknya, salah
seorang teman mengabarkan bahwa ia sudah mendapat email dan belum dinyatakan
lolos. Karena penasaran dan gelisah menunggu waktu yang cukup lama, aku pun
memberanikan diri membuka email. Aku harus berbesar hati, karena aku mengalami
nasib yang sama dengan temanku itu. Kami belum lolos. Namun, perjuangan kami
tidak berhenti di sini. Kami masih akan terus berjuang meraih cita-cita kami.
Kami sudah siap bergerak dan merealisasikan semangat muda kami untuk menempuh
jalan di depan. Kami siap berjuang kembali. Kecewa memang sempat membayangi
kami, namun belajar dari kegagalan-kegagalan yang kami lalui, kami pun bangkit.
Tuhan mempunyai rencana yang lebih indah untuk kami.
Adapun untuk
pengajar muda terpilih kami mengucapkan selamat mengabdi untuk negeri. Kami
titipkan semangat juang kami bersamu, bersama kalian semua, para Pengajar Muda
Angkatan XII Indonesia Mengajar. J