Saturday, May 12, 2012

Masih tentang Belanda, Negeri Tempat Lahirnya Ilmuwan-Ilmuwan Dunia



            Kisah ini dimulai ketika saya dan teman-teman sedang berkunjung ke perpustakaan fakultas. Saya yang termasuk jarang ke perpustakaan, sengaja berkeliling di antara rak-rak buku yang berisi buku-buku tua, bahkan dibiarkan berdebu tak tersentuh oleh orang-orang. Setiap kali melewati deretan buku-buku tebal berlabel fisika, saya tergoda untuk mengambil dan membaca sekilas, meski hanya judul dan intisari buku-buku itu. Sungguh buku-buku yang amat berat menurut saya, terutama bagi saya yang masih duduk di semester awal.
            Saya terus menyusuri rak demi rak buku. Hingga akhirnya saya berhenti pada sebuah buku kecil bersampul merah yang waktu itu terselip di antara buku-buku besar. Buku itu berjudul “Recombination of Radicals and Related Effects in Flames” karya Theodorus Zeegers. Yang menarik perhatian saya waktu itu bukanlah judul dari buku itu, melainkan ketika saya membaca identitas buku pada halaman depan. Di sana tercatat bahwa buku tersebut merupakan pemberian dari Universitas Utrecht untuk UGM sekitar tahun 1970an.
            Kemudian sekilas saya membaca kata pengantar di buku itu yang tertulis dalam bahasa Belanda. Ada sesungging senyum waktu itu, apalagi bagi saya yang notabene punya cita-cita suatu saat bisa melanjutkan studi di Belanda. Bukan karna apa-apa, tapi karna rasa kagum saya pada negeri itu. Dan buku yang saya temukan di salah satu sudut perpus itu mengingatkan saya pada mata kuliah Fisika Dasar.
            Seringkali dalam kuliah disebutkan beberapa ilmuwan Fisika yang terkenal. Sebagai seorang mahasiswi yang menempuh program studi Fisika saya semakin kagum dengan perkembangan Sains yang ada di Belanda. Buku yang tak sengaja saya temukan di perpus itu semakin menambah wawasan saya tentang ilmuwan-ilmuwan Fisika yang berkebangsaan Belanda. Sebut saja Hendrik Antoon Lorentz, Pieter Zeeman, Johannes Diderik van der Waals, Heike Kamerlingh Onnes, dan lain-lain. Belum lagi para ilmuwan di bidang keilmuwan yang lainnya. Maka tak heran jika Belanda menjadi salah satu negara penerima novel terbanyak.
            Sejenak saya termenung di sudut perpustakaan waktu itu, sambil sesekali berpikir. Ternyata bukti kreatif bangsa Belanda sudah sedari dulu begitu menonjol. Negeri yang seolah-olah setiap saat melahirkan tokoh-tokoh penting dunia Sains yang akhirnya terkenal ke seluruh dunia itu memilki keKRATIFan tersendiri. Mungkin secara ketenaran masih kalah dengan Albert Einstein, ilmuwan Fisika berkebangsaan Jerman, namun bagi saya ilmuwan Belanda juga banyak menginspirasi perkembangan teknologi yang ada saat ini.
            Sebut saja di antaranya, Onnes, ilmuwan dari Universitas Leiden yang berhasil menemukan bahan superconductor. Karyanya ini sekarang sudah sangat mendunia. Karyanya ini sudah banyak diterapkan dalam berbagai teknologi, salah satunya maglev(magnetic levitation train) di Jepang. Ini adalah suatu bukti nyata bahwa ide seorang Onnes besar manfaatnya.
            Saya kira, inilah wujud kreatif bangsa Belanda yang lain. Salah satu bentuk kreatif dalam kemajuan sains dan teknologi yang hingga sekarang masih bahkan semakin terus berkembang.
Sebut saja, Universitas Leiden. Hampir sebagian besar ilmuwan adalah lulusan dari universitas ini. Universitas ini juga masuk dalam jajaran universitas terbaik di dunia. Konon katanya Universitas Leiden dan Universitas Amsterdam menjadi pioneer pendidikan di sana. Belum lagi Maastricht dan Universitas Teknologi Delf, tempat lahirnya orang-orang penting dunia Sains yang juga menjadi tujuan utama para pemburu ilmu di dunia.
            Sikap terbuka mereka juga menjadi daya tarik tersendiri. Mungkin bagi bangsa Indonesia yang punya ikatan sejarah dengan Belanda juga pasti akan merasa cukup dekat dengan keadaan di sana.
Kalau boleh saya bilang, “ada Indonesia di Belanda”. “Opened Culture” yang dimilki bangsa Belanda menjadikan banyaknya usaha-usaha kuliner Indonesia yang berdiri kokoh di sana, juga mahasiswa Indonesia yang menempuh ilmu di sana tidaklah sedikit. Tentu mereka punya alasan tersendiri. Peluang bisnis di sana terbuka lebar untuk siapapun, kualitas pendidikan yang sudah pasti bagus menjadi brand yang Belanda miliki. Banyaknya beasiswa yang ditawarkan juga menjadi wujud atau bagian dari “opened culture”, yakni dengan membuka kesempatan menimba ilmu sebanyak-banyaknya bagi mahasiswa asing. Belum lagi apresiasi mereka kepada seni, baik dalam maupun luar negeri. Kemampuan mereka memadupadankan dunia Sains Teknologi, bisnis, dan seni semakin membuka mata kita bahwa mereka begitu KREATIF dalam berbagai bidang. Dan pokok atau kunci utamanya terletak pada “opened culture” mereka, sehingga semakin banyak bidang yang mampu berkembang dan mendorong kemajuan di sana.
            Ah, untuk sejenak saya melayang dalam angan. Buku bersampul merah itu, kembali menambah kekaguman dan semangat saya. Untuk beberapa waktu, buku bersampul merah itu menemani saya berangan-angan, saya ingin suatu saat nanti berkesempatan mendapat beasiswa belajar di sana. Belajar di negeri kreatif nan inovatif tempat lahirnya para ilmuwan dunia. Semoga ^^.
            Saya kembali berjalan ke rak tempat buku tersebut saya temukan, lalu saya mengembalikannya seperti sedia kala. Saya pun keluar dari perpustakaan sembari membawa angan saya tentang negeri para ilmuwan itu :).

No comments:

Post a Comment